Blog Komunitas Linux
  • Home
  • Contact

Categories

  • A
  • B
  • Berita
  • C
  • D
  • E
  • F
  • G
  • H
  • I
  • J
  • K
  • L
  • Lomba 2010
  • Lomba Artikel UG ICT Award 2009
  • Lomba Desember 2009
  • Lomba Desember 2012
  • Lomba November 2012
  • M
  • N
  • O
  • P
  • Q
  • R
  • S
  • T
  • U
  • V
  • W
  • X
  • Y
  • Z

March 7, 2010

Benarkah Linux itu ‘Gratis’?

Di Indonesia, bahkan juga di dunia, banyak sekali yang berpikiran bahwa Linux itu ‘gratis’. ‘Gratis’ di sini, setelah saya berbincang-bincang dengan rekan sesama mahasiswa, banyak yang mengasosiasikan dengan ‘free of charge’, alias tidak bayar. Di Wikipedia, Gratis itu adalah :

“process of providing goods or services without compensation”

yang jika diartikan adalah proses memberikan/menyediakan barang atau jasa tanpa kompensasi. Dan saya tidak menyalahkan, karena hal ini terjadi di hampir semua kalangan yang masih ‘awam’ dengan pengertian opensource. Jika linux itu ‘gratis’, kenapa menggunakan julukan ‘opensource software’, bukan ‘free software’?

  • March, 7
  • 670
  • Berita
  • More

os gratis

lumayan nguragin dosa dikit.. daripada nambah dosa pke beli bajakan..

pas bgt lah bwt mahasiswa..
aye linux…
tp masih bngung pkenye..
huehuehueeee

  • March, 7
  • 661
  • Berita
  • More

Prospek linux…

Linux merupakan sebuah tren open source yang paling aktif dan inovatif saat ini dibandingkan dengan project open source lain seperti Solaris. Kehadiran Linux yang sebagian besar berlisensi GPL atau General Public License memungkinkan pengembangan, modifikasi, dan distribusi yang semakin hari semakin luas meski tidak dapat disangkal juga kalau terdapat beberapa distro (istilah singkatan untuk distribution/devian linux) yang semula bersifat free tetapi sekarang telah menjadi proyek komersial semisal Red Hat.

Kembali pada perkembangan linux terutama di indonesia adalah sebuah angin segar yang kalau ditinjau dari segi budaya bangsa tentunya dapat mengurangi bahkan menghentikan aksi copyleft terhadap software buatan perusahaan milik Gates yakni Microsoft. Mengingat Indonesia adalah pangsa terbesar pembajakan aplikasi komersil setelah China. Pemerintah pun dengan giat menyuarakan IGOS (Indonesian Goes Open Source) melakukan Depkominfo dan LIPI. Itu baru yang berasal dari dukungan Government. yang bersifat non Government institusi ataupun perorangan juga kerap menghasilkan distro baru yang kalau ditilik masih hanya sebatas mengembangkan kreativitas saja semisal BanditOS, Ayu OS, ataupun BlanKon, bahkan UGOS Sekalipun. Peminat yang mengunduh distro ini dari situsnya juga masih terbilang ya lumayan.

Meskipun sebagian besar aplikasi linux berbasis open source bersifat gratisan akan tetapi yang sangat menjadi perhatian penting ialah karena terlalu banyaknya distro yang ada meskipun beberapa dikembangakan dari distro Induk seperti Debian dan Fedora, ataupun Slackware ternyata masih banyak ditemukan aplikasi yang tidak kompatibel dengan distro itu sendiri meskipun telah tersedia situs utama tempat mendownload aplikasi tersebut.

Di Indonesia khususnya, alangkah lebih baik bila para pengembang linux berupaya untuk membuat distro dengan cakupan program yang luas, jadi tidak hanya memperbanyak distro, tetapi juga menyatukan langkah untuk menciptakan aplikasi untuk distro yang sudah ada. Ini kan lebih baik ketimbang membuat pusing orang untuk memilih distro. Bahkan ceritanya ada distro yang kian hari semakin punah. jadi bagaimana? mendingan distro sedikit dengan aplikasi yang semakin banyak dan inovatif serta kompatibel daripada banyak distro tapi jarang ada yang menggunakan.

  • March, 7
  • 780
  • Berita
  • More

Saatnya migrasi ke linux?

Semua manajemen perusahaan sudah saatnya sadar bahwa di tengah kondisi ekonomi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, segala bentuk penghematan sebisa mungkin harus dilakukan. Dan juga kita ketahui, selama beberapa tahun terakhir ini Microsoft Indonesia dan rekannya BSA (Business Software Alliance) gencar mengejar-ngejar perusahaan di Indonesia untuk membayar lisensi atas penggunaan produknya.

Hal ini memang tidak dapat kita salahkan dan memang merupakan hak mereka sebagai pemegang hak cipta aplikasi tersebut. Namun seperti yang kita ketahui, lisensi paling murah dari MS Office basic yang hanya meliputi Word, Excel, dan Powerpoint adalah sekitar $150 dollar (atau Rp. 1,5 juta). Kalau misalkan sebuah perusahaan memiliki 10 PC, maka dia harus membayar sekitar Rp. 15 juta. Belum lagi lisensi OSnya seperti WinXP yang sekitar $140 dollar. Berarti total harga adalah sekitar Rp. 3 juta per PC, dikali 10 berarti Rp. 30 juta. Belum lagi lisensi servernya, CAL (client access license), dll. Bagi perusahaan menengah yang memiliki sekitar 100-300 PC, biayanya bisa mencapai milyaran rupiah!

Namun tentu saja, migrasi ini tidak semudah yang kita bayangkan. Perusahaan tetap perlu menimbang cost and benefit yang ada. Oleh karena itu, strateginya adalah:

* Melakukan analisa penggunaan PC dan aplikasinya secara detail atas seluruh PC yang ada. Disini kita mesti melakukan inventory atas aplikasi-aplikasi apa saja yang selama ini digunakan.
* Mana PC yang hanya digunakan untuk fungsi-fungsi administratif seperti mengetik, spreadsheet, dll.
* Mana PC yang dipakai untuk menjalankan aplikasi tertentu. Aplikasi apa saja itu, platform dan bahasa pemrograman apa yang digunakan, dll.
* Kemudian kita melakukan analisa deployment coverage. Di dalam analisa ini, kita melakukan penelitian terhadap seluruh PC yang ada.

Berdasarkan analisa di atas, kita buatkan juga analisa biayanya untuk kita persentasikan ke manajemen. Tentu alangkah baiknya bila seluruh PC dapat kita migrasi 100%, tapi dari pengalaman, hal ini sulit dicapai karena biasanya ada beberapa fungsi dari perusahaan yang sudah/sementara ini terlanjur terikat dengan produk Microsoft atau propietary lainnya. Menyedihkan memang.

Namun begitu, berdasarkan pengalaman, masih ada beberapa analisa yang harus dilakukan demi keberhasilan proses migrasi ini, yaitu:

1. Perlu di test lebih mendalam lagi sampai sejauh mana kompabilitas aplikasi-aplikasi tersebut berjalan di dalam environment dosemu dan samba. Sebab tentunya sangat beragam fungsi-fungsi yang ada di dalam sebuah aplikasi, dan mungkin saja ada yang tidak berjalan dengan baik.
2. Perlu diperiksa lagi sampai sejauh mana penggunaan fitur-fitur yang spesifik milik MS Office yang digunakan oleh user di dalam dokumen officenya. Sebab walaupun OpenOffice telah dapat mengakomodasi sebagian besar fungsi dan fitur dari MS Office, tetap saja tidak 100% compatible. Bila ternyata kita menemukan fungsi-fungsi yang tidak berjalan di OpenOffice, maka kita mesti memikirkan solusinya, apakah memang tidak dapat dilakukan sama sekali di OpenOffice, ataukah OpenOffice telah dapat melakukannya namun mesti dari file yang murni native dalam format OpenOffice.
3. Dan yang tentunya tidak kalah pentingnya adalah melakukan backup terlebih dahulu terhadap semua file yang akan dipakai. Sehingga ketika sewaktu-waktu ditemukan masalah, maka versi awalnya masih ada.
4. Hal terakhir yang saya alami juga penting adalah, memberikan pengertian kepada user, mengapa migrasi ini dilakukan. Berikan penjelasan yang dapat diterima user, dan juga bimbinglah dan sertai user di dalam menggunakan aplikasi yang baru tersebut.
5. Berikanlah contoh perbandingan yang dapat dilihat langsung oleh user, misalnya untuk print di MS Office kita kan buka menu ini dan ini…, nah di OpenOffice kita bukanya menu ini dan ini…

  • March, 7
  • 695
  • Berita
  • More

Kerugian Menggunakan (Linux) Ubuntu!

Setelah menggunakan Ubuntu selama hampir 3 tahun, saya akhirnya menyadari bahwa tanpa disadari, sistem operasi ini ternyata bisa merugikan penggunanya secara langsung. Berikut beberapa kerugian yang saya alami sejak 100% menggunakan Ubuntu untuk bekerja.

1. Tidak pernah tahu berita perkembangan virus komputer
“Mas, tahu virus xxx gak? ngilanginnya gimana sih?” Terus terang saya bingung kalau ada orang bertanya seperti itu. Bilang tidak tahu karena tidak pernah kena virus nanti dibilang belagu, tapi apa boleh buat, memang nyatanya seperti itu Dulu saya benar-benar mengikuti berita perkembangan virus karena memang ingin berjaga-jaga agar virus tersebut tidak menulari notebook yang saya miliki, atau minimal saya bisa membasminya jika memang tertular. Itu pula sebabnya banyak diantara teman-teman yang sering menanyakan cara memusnahkan virus kepada saya. Namun itu dulu, sekarang saya tidak pernah lagi mengikuti berita perkembangan virus.
Notebook saya memang sudah sangat lama tidak tersusupi virus, atau mungkin tersusupi namun saya tidak sadar karena virusnya tidak bisa melakukan apa pun di Ubuntu.
2. Tidak pernah tahu antivirus mana yang terbaik
Sebenarnya ini merupakan akibat dari kerugian nomor satu diatas. Karena tidak pernah tertular virus maka saya pun tidak pernah lagi mencari-cari dan melakukan perbandingan antivirus mana yang terbaik.
3. Tidak bisa mengkambinghitamkan OS
Terkadang, BSOD, hang, file rusak, komputer dan serangan virus bisa dijadikan alasan mengapa pekerjaan kita tidak selesai pada waktunya. Sayang hal ini tidak bisa dijadikan alasan di Ubuntu, karena memang nyaris tidak pernah terjadi
4. Tidak bisa mengajukan permohonan untuk mengupgrade hardware
Cukup susah mencari alasan untuk mengajukan permohonan upgrade hardware. Hal ini dikarenakan Ubuntu (dan tentu seluruh distro linux lainnya) justru semakin mengoptimalkan kinerja di versi-versi berikutnya. Artinya, versi baru yang keluar bukan selalu harus diinstall di mesin yang punya kekuatan lebih dibandingkan mesin sebelumnya. Diluar itu, jika ternyata Ubuntu masih dianggap terlalu berat, masih ada alternatif lain yakni dengan menggunakan Xubuntu atau LinuxMint, distro lain yang memang dibuat untuk komputer berspesifikasi menengah kebawah.
5. Lupa cara menginstall driver
Ah, hampir semua driver peripheral sudah disediakan di Ubuntu. Jadi lupa deh kalau ternyata ada kegiatan menginstall driver ketika hendak menyambung peripheral tambahan Yang ada hanya bisa berkata, “Lho, harus install drivernya dulu?”
6. Jadi lupa bagaimana meng-crack software bajakan
Hahaha, ya.
Jadi ini sebenarnya kerugian apa keuntungan sih? “Ah, judul diatas sebenarnya hanya provokasi saja bagi Anda yang belum mencoba Ubuntu. Atau Anda sudah menggunakan Ubuntu? Lalu apakah Anda memiliki “kerugian” yang lain sebagai pengguna (Linux) Ubuntu?“

  • March, 7
  • 886
  • Berita
  • More

Tips Menjadi 100% Pengguna Linux (Ubuntu)

Banyak orang yang bertanya sebagai eks 100% pengguna Windows kok bisa pindah menjadi 100% pengguna Linux Ubuntu. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya adalah kok gak bisa? Karena yang sebenarnya tidak bisa itu –menurut saya– adalah 100% pengguna Linux pindah menjadi 100% pengguna Windows Kalau pengguna Windows menjadi pengguna Linux itu sih biasa, sama sekali tidak susah. Yang sulit itu adalah pengguna Linux pindah menjadi pengguna Windows. Tidak percaya? Tanya saja kepada mereka yang sudah terbiasa menggunakan Linux sebagai satu-satunya OS yang digunakan
Lalu apa yang sebenarnya membuat mereka yang hendak pindah ke Linux selalu berpikir panjang? Tak lain dan tak bukan adalah masalah bagaimana nasib mereka setelah pindah dari Windows ke Linux? Apakah bisa? Apakah program atau aplikasi yang biasa mereka gunakan jalan di Linux? Apakah ada software alternatifnya di Linux? Apakah game anu jalan di Linux? dan sebagainya. Ini merupakan masalah umum, wajar dan manusiawi. Jadi tidak salah jika banyak pula orang yang mencoba Linux dengan membuat dual booting, OS Linux dan Windows dalam satu komputer untuk digunakannya sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Di sisi lain, salah satu cara agar bisa cepat menjadi linuxer adalah menggunakan sistem operasi tersebut 100%
Ah, saya hanya bisa bercerita atas pengalaman saya sendiri. Dan sudah pasti, pengalaman saya belum tentu bisa diterapkan kepada semua orang yang ingin migrasi ke Linux. Hanya siapa tahu, pengalaman ini bisa memberikan inspirasi, ide atau bahkan motivasi bagi mereka yang ingin migrasi ke Linux
Berikut beberapa hal yang saya lakukan sehingga menjadi 100% pengguna Linux Ubuntu:
1. Membuang Windows dan menginstall Linux Ubuntu 100%. Jadi tidak ada jalan lain selain harus berusaha agar semua pekerjaan yang biasa saya lakukan di Windows (harus) bisa juga di lakukan di Linux. Di awal sudah pasti berbagai masalah muncul, kenapa begini kenapa begitu, mengapa kok begini mengapa kok begitu, namun seiring dengan berjalannya waktu –juga atas bantuan Google dan milis– saya bisa melewatinya. Alhasil, kurang dari 1 bulan saya sudah benar-benar bisa meninggalkan Windows 100%
Setelah itu, saya ajak istri saya menjadi 100% pengguna Linux Ubuntu. Hal ini penting, untuk menghilangkan semua komponen Windows di sekitar kita sehingga kita benar-benar konsentrasi menyelesaikan segala sesuatunya menggunakan Linux. Dan lagi, karena saya mengajak istri saya menggunakan Linux Ubuntu, maka saya pun harus bertanggung jawab ketika pekerjaannya tidak bisa dilakukan di Linux. Alhasil, saya harus mencari solusinya … nah tambah lagi ilmunya
2. Game? Ah, saya sudah kapok menjadi Gamer di PC Menjadi Gamer di PC benar-benar menguras uang di kantong. Dari ganti processor, graphic card, memory, hardisk dsb. Saya lebih memilih memindahkan hobi saya tersebut ke PS2 Namun, jangan salah, game di Linux sudah sangat banyak dan tak kalah bagusnya dibandingkan games di Windows.
3. Mencari software altenatif secara terus menerus. Silakan Anda melihatnya berbagai software alternatif di Linux. Alternatif software pengganti di Linux umumnya tidak hanya satu, tetapi ada beberapa, jadi memang ada baiknya mencoba yang mana yang paling pas dengan penilaian subyektif
4. Memanfaatkan Wine sebagai jalan terakhir untuk menjalankan software under Windows di Linux. Hanya saja, tidak semua software under Windows yang bisa jalan sempurna menggunakan Wine, untuk lebih jelasnya silakan melihat software-software yang dapat dijalankan di Wine.
5. Menggunakan Windows yang diinstall diatas VirtualBox jika Wine tidak bisa menghasilkan solusi.
Nah, ternyata hanya ada lima empat langkah yang telah saya lakukan untuk menjadi 100% pengguna Linux. Bagaimana? Apakah Anda mau mencobanya?

  • March, 7
  • 954
  • Berita
  • More

RSS Pena UG

Recent Posts

  • Tips simple kirim barang Jakarta Makassar
  • History of Beagle Dog Kennels Refuted Exposed
  • The Basic Facts of Avg Tricks to Optimize Your Devices Performance
  • Reported Hype on Dog Equipment Review Exposed
  • Cambridge Mba Application Essays Examples

Recent Comments

  • mampiro on REVIEW RILISNYA OPEN SUSE 13.1
  • Wota on Cantiknya Linux Mint 14 Secantik Anggota JKT48
  • Divani on Membuat Distro Linux Sendiri
  • wisata bali on Membuat PC Router dengan Ubuntu 10.04

Calender

March 2010
M T W T F S S
« Feb   Apr »
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Recent Posts

  • Tips simple kirim barang Jakarta Makassar
  • History of Beagle Dog Kennels Refuted Exposed
  • The Basic Facts of Avg Tricks to Optimize Your Devices Performance
  • Reported Hype on Dog Equipment Review Exposed
  • Cambridge Mba Application Essays Examples

Tags

64 64bit Add new tag bit command compile compiz debian dialup distribusi Distro Linux dowload youtube edukasi gunadarma http://amelia26290.wordpress.com/2010/10/02/perintah-pada-linux-untuk-memberikan-ip-pada-sebuah-komputer/ http://eggydillinger.blogspot.com/2010/03/perbedaan-linux-dan-windows.html http://wp.me/pP4R6-3 Indonesia go opensource kernel kompilasi konfigurasi xorg.conf Linux linux kernel linux tips linux tutorial Lomba Artikel UG ICT Award 2009 lucid lucid lynx mail server Mint modem Nokia opensuse Portable OS postfix samba smart Softskill software sosialisasi tutorial ubuntu ubuntu ubuntu 10.04 usb xorg.conf

Contact

Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina
Depok
(021) 78881112 ext 234/211

Copyright 2014. All Rights Reserved

Design by Dankov